WHO
telah menerbitkan panduan umum untuk menghindari kontaminasi mikroba pada bahan
pangan, yaitu: selalu menjaga kebersihan, memisahkan pangan mentah dari pangan
matang, memasak dengan benar, menjaga pangan pada suhu aman, menggunakan air
dan bahan baku yang terjamin keamanannya (Sulaeman 2011). Pada umumnya semua bahan
pangan dan pangan mengandung mikroba. Oleh karena itu, agar mikroba tersebut
tidak membahayakan maka diperlukan penanganan untuk mereduksi jumlah atau mematikan mikroba. Secara umum, pengendalian
mikroba tersebut dilakukan dengan cara
perlakuan sanitasi, pemanasan dan pendinginan yang baik dan benar.
Pada
beras yang akan diolah, pengendalian mikroba dapat dilakukan mulai dari pencucian
beras dengan menggunakan air yang bersih dan aman. Pada beras yang telah diolah
menjadi nasi kandungan airnya menjadi tinggi sehingga sangat mudah diserang
oleh bakteri pembusuk. Selain itu, nasi
mengandung karbohidrat tinggi sehingga
mudah diserang bakteri dan kapang yang bersifat amilolitik dan menyebabkan
terjadinya pembentukan asam maupun alkohol. Sehingga, nasi sebaiknya disimpan
pada suhu diatas 650C (dibiarkan tetap hangat dan panas) agar tetap
aman dari kerusakan mikroba (Sulaeman 2011).
Menurut
Christensen dan Kaufmann (1974) serangga dan kapang masing-masing merupakan
penyebab utama dan kedua kerusakan bahan pangan yang disimpan. Conway et al.
(1991) melaporkan bahwa beras yang disimpan di beberapa gudang di Indonesia
terserang oleh kapang dengan serangan yang cukup berat. Kapang yang dominan
ialah Aspergillus flavus, A. candidus, A. fumigatus, Penicillium islandicum
dan beberapa spesies dari Mucorales. Sehingga beras dapat diberikan pengawet
fumigan yang tergolong epoksida misalnya etilen oksida dan propilen oksida
sebagai antimikroba. Penyimpanan beras biasanya dalam sekala besar yaitu dengan
mengunakan karung, menurut BSN kemasan beras harus memenuhi kriteria tertentu
yaitu kemasan permanen yang terbuat dari bahan yang kuat (seperti karung goni
dan karung plastik), aman bagi konsumen, higienis, tertutup rapat dan tidak
mencemari berasnya. Penyimpanan beras dalam kaleng jarang dilakukan kecuali
dalam sekala rumah tangga karena kurang efisien.
Daftar Pustaka
Sulaeman A. 2011. Mengawal Keamanan
Pangan Masyarakat. Bogor: IPB Press
Dharmaputra OK. 1994. Kapang pada
Beras yang Berasal dari Beberapa Varietas Padi. Jurnal Hayati, Desember 1994,
hlm 37-41.
Badan Standarisasi Nasional
[BSN].2008. SNI 6128:2008, Beras. Jakarta.
Christensen, C.M. and H.H. Kaufmaan.
1974. Microflora, p. 158-192. In C.M. Christensen (ed.), Storage of Cereal Grains
and Their Products. St. Paul, Minnesota: American Association of Cereals
Chemist, Inc.
Coaway, J.A., M. Sidik, and H. Halid.
1991. Quality/Value Relation ships in Milled Rice Stored in Conventional Warehouses
in Indonesia, p. 55-81. In J.O. Naewbanij and A.A. Manilay (ed.), Proceeding
14111 ASEAN Seminar on Grain Postrhnrvest Technology, Manila, Philippines, 5-8 November
1991.